Friday, December 27, 2013

ADVENTURE at Mt. Bromo

ADVENTURE at Mt. BROMO
Indahnya Lukisan Tuhan di Gunung Bromo

Hi sobat Blogger..!
Kali ini, saya ingin berbagi pengalaman saat berlibur ke salah satu Gunung terindah di dunia. BROMO. Sudah sejak lama saya ingin pergi ke sana, tapi impian tersebut baru terwujud Kamis, 26 Desember 2013. 

Kami (aku, 2 orang sahabat, senseiku dan sopir) berangkat dari Surabaya sekitar jam 11 malam tanggal 25 Desember. Karena lewat tol maka perjalanan kami sangat lancar. Belum lagi cuaca yang sangat bersahabat malam itu.
Oh iya, perlu saya informasikan bahwa faktor cuaca juga harus jadi salah satu pertimbangan perjalanan kita ke Bromo loh. Karena sedang musim penghujan dan banyak berita longsor, membuat kami tak berhenti berdoa semoga di hari keberangkatan kami cuaca bersahabat. dan syukurlah, malam itu perjalananku diiringi sinar bulan yang begitu indah. Sampai-sampai senseiku berulang kali bilang kalau kami sangat Lucky hari itu, padahal 10 hari berturut turut sebelumnya, tiap malam daerah sekitar Bromo hujan dan tidak bisa melihat sunrise.

Sekitar jam 2 pagi kami tiba di desa Wonokerto untuk melepas lelah, di tempat peristirahatan ini kami bertemu dengan rombongan lain yang juga berburu Sunrise Bromo. Di balai desa ini, anda bisa menemukan para penjual makanan, minuman, sarung tangan, scraf dan penutup kepala yang harganya sekitar Rp. 15.000 an.
Anda juga bisa ke toilet dan musholla. di sini juga akan anda temui mobil Jeep besar yang berjajar menunggu penyewanya untuk mengarungi Bromo. Karena kami sudah memesan Jeep beberapa hari sebelumnya, maka kami langsung melanjutkan perjalanan naik menuju Jeep yang sudah menunggu di pasar di depan warung siang malam di atas.

Karena masih seputar liburan, maka biaya Jeep yang kami sewa sedikit mahal, yaitu Rp. 650.000. Tetapi lagi-lagi kami beruntung, kami disopiri oleh pak Warsimin, sopir Jeep paling berpengalaman dan sesepuh di antara sopir jeep yang jumlahnya sekitar 600 unit di Bromo.
Antrian Jeep yang mengular ditengah kegelapan malam menderu-deru menunggu giliran untuk membayar tiket masuk. Tiket masuk ke Taman Nasional Pananjakan Tengger Bromo sekitar Rp. 12.000; per orang. Karena kami berlima, maka hrus membayar Rp. 60.000;. Harga yang sangat murah bila dibandingkan dengan pengalaman luar biasa yang akan anda dapatkan.
Semua rombongan malam itu (eeh.. sudah masuk ke pagi hari ding!) mempunyai tujuan yang sama, yaitu Puncak Pananjakan untuk melihat Sunrise. Sesampai di puncak Pananjakan II sudah banyak sekali orang yang berjajar di atas lereng yang hnya diberi pagar seadanya dan menghadap ke satu arah, Timur. Kami berdesakan di bibir tebing, gelap, tidak terlihat pemandangan apa-apa di depan kami.

Udara yang menggigit kulit membuat kami semakin merapatkan jaket dan syal yang kami pakai. oh iya, bagi yang lupa tidak membawa jaket tebal, jangan khawatir, karena banyak yang menjajakan jaket untuk di sewa. Tapi sekedar informasi, bila anda ke Bromo di saat musim penghujan seperti ini udaranya tidak begitu dingin. Berbeda bila anda ke Bromo saat musim kemarau. Udara bisa mencapai minus 3 derajat celcius.

Moment terbitnya matahari terekam detik demi detik dalam ingatanku, luar biasa. Diawali munculnya  benang merah tipis di ufuk dan semburat terang di langit timur mengiringi matahari yang perlahan-lahan  dari balik gunung-gunung dikejauhan. Lukisan tangan Tuhan yang sangat luar biasa. Subhanalloh. Maha besar kuasa Tuhan atas terbitnya mentari.

Sunrise di Puncak Pananjakan
Gunung Pananjakan
Menikmati mentari di Puncak Pananjakan






Berburu Sunrise di puncak Pananjakan

Dari puncak Pananjakan perjalanan kami lanjutkan ke primadona wisata Taman Nasional gunung Bromo. Untuk mencapai Bromo dari Pananjakan kami disuguhi pemandangan yang luar biasa berupa hutan, jurang dan lautan pasir. Jeep yang kami tumpangi melaju kencang membelah lautan pasir dan berhenti tepat di dekat gunung Batok yang Indah. gunung batok dengan lipatan-lipatan tanahnya yang dibungkus rumput hijau terlihat seperti puding raksasa yang menggoda.

Gunung Batok



Flying without wings at Mt. Batok


Roadrace at Mt. Bromo
di tengah balapan Jeep tangguh
 Sebelum naik ke puncak Bromo, kami melewati Pura Hindu yang tepat berada di tengah lautan pasir. Pura ini digunakan para penduduk suku tengger untuk beribadah. Saat peringatan kasada, pura ini akan dipenuhi umat Hindu Tengger untuk berembahyang dan mempersiapkan sesaji yang akan dilarung di kawah Bromo.

Bila anda dari tadi mencari toilet, maka di halaman Pura ini juga anda bisa ke kamar mandi. Perjalanan kami lanjutkan menuju puncak bromo. Kami lebih memilih jalan kaki sampai puncak, walaupun ada ojek dan kuda yang ditawarkan untuk sampai tangga Bromo. Kuda dari pura menuju anak tangga terbawah kaki Bromo ditawarkan sekitar Rp. 125.000;, jangan lupa untuk menawanya. Semakin mendekati Bromo maka harga naik kuda juga akan semakin murah.
Sebenarnya kakiku sudah terasa "njarem", tapi karena sensei saya yang asli "nihon jin" (orang jepang) Nakamura sensei lebih suka berjalan kaki, maka saya juga memilih untuk berjalan kaki.
 Sesekali kami berhenti untuk melepas lelah dan menikmati pemandangan berupa bukit-bukit pasir alami yang indah. Oh iya, jangan lupa untuk membawa air minum loh, karena udara yang dingin, angin yang kencang dan jalan yang terus mendaki membuat kerongkongan sering haus dan bibir serasa perih pecah2 karena perubahan suhu ekstrem.

Hati-hati saat berjalan menuju kaki Bromo ya... anda akan banyak melewati "ranjau" kotoran kuda di mana-mana, yang baunya luar biasaaa sedaap.... hehhe...

Entah karena kebetulan bertepatan dengan cuti bersama Nasional atau apa, maka pengunjung pada hari itu sangat banyak. Untuk mencapai kawah di puncak, kami harus berjajar mengantri satu persatu. Tangga menuju kawah lebarnya kurang lebih 2 Meter, yang dibagi dua untuk naik dan turun. Bila anda tidak ingin mengantri, anda boleh mendaki lewat sebelah tangga. Tentu bila anda memiliki tenaga ekstra dan nyawa doble karena tidak ada jaminan keselamatan di sana.. hehehe...

Sampai di puncak, saya buru-buru memakai masker yang memang sudah saya siapkan dari rumah. Bau belerang sangat menyengat hidung. Bahkan hati-hati juga untuk yang memakai kontaks lens. Asap Bromo bisa memedihkan mata anda.

Kawah Gunung Bromo


Bau belerang yang menyengat

Di puncak bromo, anda bisa melihat puncak gunung Batok yang ada di dekat Bromo. Tinggi gunung batok kurang lebih sama dengan Bromo. Antara batok dan Bromo dipisahkan dengan jurang pasir yang dalam.
Setelah puas menikmati kawah bromo, kami turun untuk melanjutkan perjalanan ke Pasir berbisik. Tapi karena dari tadi kami berjalan dan mendaki, perut terasa keroncongan minta segera diisi. Di kaki bromo dekat dengan gunung Batok banyak penjual kaki lima yang menjajakan makanan ringan, bakso dan sate ayam. Pilihan kami saat itu sate ayam dan kopi hangat.
Setelah perut kenyang, kami melanjutkan perjalanan menuju Pasir berbisik, itu loooh.. tempat syuting film Dian sastro yang terkenal itu... 
Lagi-lagi, saya hanya bisa mengucap Subhanalloh atas lukisan kuasa Tuhan atas keindahan alam yang memanjakan mata itu.

Pasir berbisik, merupakan hamparan pasir yang sangat luas, berbukit bukit, dan indah. Anehnya tidak ada debu yang berterbangan, walaupun anginnya sangat kencang berhembus.
Negri di atas awan.
Pasir berbisik
Setelah puas menikmati padang pasir yang membentang, perjalanan kami lanjutkan menuju Padang Savana di kaki gunung Semeru. Pak Warsimin benar-benar sopir jempolan, bisa membuat kami serasa benar-benar berpetualang, membelah lautan pasir, melewati jalan-jalan bergelombag yang "wooow...!" sesekali membuat kami menjerit serasa roadrace di gurun Ghobi... hehhe...
Kaki gunung Semeru
-tempat shooting iklan rokok Malboro-
Padang Savana ini terletak di kaki gunung Semeru. Berupa hamparan rumput yang luas. Di kejauhan terlihat gunung Pananjakan, di depannya ada bukit Teletubies.
Padang savana ini juga disebut dengan bukit Teletubies oleh penduduk setempat, karena bukit dan gunung di situ seakan berangkulan, berdempetan satu sama lain. Seperti boneka teletubies yang sering berkata.."berpelukaaan!"... hehehe...

Rumput tinggi yang setengah mengering, bukit dan gunung yang menghijau, hembusan angin yang sejuk dan dipayungi birunya langit yang indah, serasa membuatku merasakan surga di atas dunia. 
Bukit Teletubies
Like at Paradise
Sehari adventure di sekitar Bromo, Pananjakan, Batok dan kaki Semeru, memanjakan mata dan membuat bibir tak henti-hentinya bertasbih akan keagungan alam yang sangat indah buah karyaNya. 

Jalan yang berliku, curam, berkelok kelok, jalan kaki yang melelahkan, denyut jantung yang serasa memburu saat mendaki, keringat, dan lengketnya badan karena belum mandi (yang ini ga perlu disebut benernya..hehhehe...) terbayar lunas dengan kemilau Sunrise, gunung pasir hitam yang hitam kelam, roadrace dipadang pasir, hembusan angin di pasir berbisik, negeri di atas awan dan indahnya padang Savana yang bertembok pegunungan nan hijau. 

Bercanda dengan rerumputan
Di tengah rumput yang bergoyang
Belum selesai di sini petualangan kami di taman nasional Bromo, sebelum turun pulang, sempatkanlah untuk mampir ke kebun Strawberry yang tidak jauh dari tempat parkir mobil di Puskesmas desa Jetak di kaki gunung Bromo. Di sini anda kembali bisa memanjakan mata dengan hijaunya daun-daun strawberry dan memetik sendiri buah-buah Strawberry yang sudah merah meranum.
Strawberry yang mulai merah ranum, siap dipetik

Di tengah hijaunya kebun Strawberry di desa Jetak, Bromo
Bromo, tak akan habis-habisnya bibirku bertasbih akan keindahan mahakarya Tuhan yang satu ini.

                    ブロモ山、また会いましょう!!!




2 comments:

  1. Puuuiiiih.... Bromo, sebuah keajaiban di dunia, yg akan menghipnotis anda ketika mengunjunginya, dengan segala keindahan alamnya.

    ReplyDelete
  2. ga pernah puas berpetualang di Bromo, masih banyak tempat indah di sekitar Bromo yang masih ingin dikunjungi. Air terjun, Madakaripura, cuban pelangi, Semeru.. hwaaa...

    ReplyDelete