Thursday, February 14, 2013

Metode Pengajaran Bahasa



BEBERAPA METODE PENGAJARAN BAHASA YANG
“TERINSPIRASI USIA DAN PEMEROLEHAN”
Oleh   :
1.    Yulia Pratitis Yusuf (NIM. 127835108)
2.    Yusnia Rohmawati

Mata Kuliah: Landasan Pengajaran Bahasa


PROGRAM PASCA SARJANA
KONSENTRASI BAHASA JEPANG
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

            Proses pemerolehan bahasa kedua, atau bahasa asing, merupakan proses yang sangat rumit karena adanya banyak factor yang menjadi kendala. Akan tetapi, berkat usaha para ahli psikolinguistic yang telah melakukan berbagai eksperimen untuk memecahkan masalah tersebut, telah dihasilkan beberapa teori mengenai pemerolehan bahasa kedua tersebut, antara lain:
1.    RESPON FISIK TOTAL (Total Physical Respons)
Penyusun metode ini adalah James Asher (1977), seorang profesor psikologi Universitas Negeri San Jose California. Menurut Asher:
    a). Saat belajar bahasa pertama, anak-anak banyak mendengar sebelum bicara. Kegiatan mendengar itu diikuti oleh respon-respon fisik (meraih, meraba, bergerak. Melihat dsb)
b). Otak kanan akan berfungsi lebih dahulu dalam pemrosesan bahasa ketimbang otak kiri. Semakin sering atau semakin intensif memori seseorang diberikan stimulasi maka semakin kuat asosiasi memori berhubungan dan semakin mudah untuk mengingat (recalling). Kegiatan mengingat ini dilakukan secara verbal dengan aktifitas gerak (motor activity).
c). Berbicara langsung kepada anak usia dini (AUD) adalah merupakan suatu proses memberi perintah, dimana anak merespon secara fisik lebih dulu sebelum dia mampu menghasilkan respon secara verbal.
d). Faktor emosi sangat efektif dalam pembelajaran bahasa anak, artinya belajar bahasa dengan melibatkan permainan dengan bergerak yang bisa dikombinasikan dengan bernyanyi atau bercerita akan dapat mengurangi tekanan belajar bahasa seseorang.
Dengan keceriaan dalam diri anak (positive mood) akan memberikan dampak yang baik bagi belajar bahasa anak.
            Penekanan pada pemahaman (comprehension) dan menggunakan gerakan fisik dalam mengajar bahasa asing pada level pengenalan (introductory level) sebenarnya merupakan suatu tradisi yang dilakukan sejak lama dalam pembelajaran bahasa yang biasa disebut sebagai “Action based teaching strategy” atau “English through Actions” yang kemudian berkembang menjadi metode Total Physical Respons (TPR).
            Kelas yang menggunakan metode TPR memanfaatkan “perintah” sebagai cara mudah membuat para pembelajar bergerak dan santai. Misalnya, “buka pintu”, “berdiri”, “duduk”, “ambil buku”, atau dalam kalimat Tanya, missal “dimana bukunya?”, “siapa John?” (murid murid akan menunjuk buku atau John). (Brown Douglas, 1980: h:84)
            Ilustrasi kelas khas TPR dalam pengajaran bahasa Jepang sebagai bahasa ke dua adalah sebagai berikut:
Guru  mengenalkan beberapa kalimat perintah dengan menggunakan Gesture-Gescha (bahasa tubuh), mengucapkannya, menyuruh siswa mendengarkan yang dikatakan guru dan mengikuti gerakan yang dilakukan guru.

Beberapa kalimat perintah tersebut antara lain:

·        “Tatte” (berdiri)
·        “suwatte” (duduk)
·        “hon o akete” (bukalah buku)
·        “teepu o kite” (dengarkan tape)
·        “e o mite” (lihatlah gambar)
·        “hon o yonde” (bacalah buku)
·        “sakubun o kaite” (tulislah karangan)


Kita tidak perlu menekankan pada pengenalan bahasa tulis (written language) walaupun kita bisa sekali-sekali menuliskan kata tersebut tapi tidak menjadi keharusan. Kemudian guru bisa menguatkan pengenalan kata tersebut sambil bernyanyi dan sambil bergerak sesuai dengan perintah lagu.
Contoh lagu yang digunakan:
“Minna de Tanoshiku”                                                                                                 (melodi yang digunakan adalah “Twinkle-twinkle Little Star”)
1      1    5     5    6    6        5    4         4                    3       3      2     2          1
Tatte  suwatte    hon o akete    minna de             tanoshiku hajimemashou
Berdiri duduk          buka buku                        mari kita mulai dengan gembira

5      5      4   4             3   3     2          5      5     4      4     3        3        2    2
Teepu o    kite           e   o mite       hon  o yonde   sakubun o kaite
Dengar tape            Lihat gambar      baca buku          tulis karangan

1      1    5     5    6    6        5    4         4                    3       3      2     2          1
Tatte  suwatte    hon o akete    minna de             tanoshiku hajimemashou
Berdiri duduk        buka buku              mari kita mulai dengan gembira
(The Japan Foundation, “Sakura 1”, 2009: h. 6)
            Seperti halnya metode-metode lain abad ke-20, TPR-sebagai sebuah model pembelajaran memiliki keterbatasan. TPR sangat efektif pada tingkat awal kecakapan bahasa, tapi kehilangan sifat pembedanya begitu pembelajar meningkat kompetensinya.
            Kenyataannya adalah banyak kelas komunikatif dan interaktif yang berhasil memanfaatkan aktifitas-aktifitas TPR untuk menghadirkan masukan auditoris maupun aktifitas fisik. (Brown Douglas, 1980: h:84)


2.    PENDEKATAN ALAMI (Natural Approach)
·         Sejarah dan Perkembangan metode Pendekatan Alami.
                                    Pendekatan ini dirintis sejak tahun 1976 oleh Tracy D. Terrel, seorang Linguist dari Universitas California. Semula pendekatan ini bertujuan untuk pengembangan pengajaran bahasa Perancis, tetapi dalam perkembangannya, metode ini digunakan juga untuk pembelajaran bahasa asing lain di seluruh dunia. 1

·        Hakikat Pendekatan Alamiah
            Istilah alamiah atau “natural” dalam metode ini, berdasarkan pada suatu pandangan bahwa penguasaan suatu bahasa bertumpu pada pemerolehan bahasa dalam konteks alamiah, dibandingkan dengan pembelajaran aturan-aturan yang secara sadar yang dipelajari satu persatu.
Fokus dari metode ini adalah makna dari komunikasi-komunikasi dibandingkan pada ketepatan bentuk ucapan. 2
Pendekatan alami lebih menekankan pada pemahaman sebagai keterampilan dasar yang bisa menunjang akuisisi bahasa.

·         Tujuan pendekatan alamiah
adalah untuk mengembangkan seperangkat kecakapan atau kemampuan tingkat menengah atau lanjutan dalam B2, paling tidak dalam keterampilan-keterampilan oral.

·         Kelebihan dan kekurangan Metode Pendekatan alamiah
1.    Kelebihan
-       Sangat efektif diterapkan pada tingkat dasar, dimana “silent period” / periode membisu akan berfungsi. Dalam artian, siswa tidak akan bicara bila mereka belum siap untuk itu.
-       Suasana yang santai terlihat dari penerapan metode ini, karena tidak adanya paksaan pada siswa untuk bicara.
-       Guru dituntut untuk kreatif dalam memberikan pemahaman pada siswa.

2.    Kekurangan
-       Kurangnya konsentrasi dalam peningkatan kecakapan pembelajar. Karena jelas metode ini membatasi tujuan kecakapan pada taraf performansi yang agak rendah.



-       Tidak memberikan umpan korektif pada para pembelajar yang sesungguhnya sangat mereka butuhkan
-       Alokasi waktu yang digunakan untuk focus pada tata bahasa juga sangat sedikit, sehingga menimbulkan kebiasaan melakukan kesalahan. 2

KESIMPULAN dalam pembahasan USIA dan PEMEROLEHAN
1.    Tanggung jawab kita sebagai seorang guru adalah memilih metode pengajaran bahasa ke-2 yang terbaik dari pengalaman orang lain, kemudian mengadaptasi pemikiran-pemikiran tersebut untuk situasi kelas kita sendiri.

2.    Penguasaan SLA (second Language Acquisition) juga dipengaruhi oleh usia pembelajar, tetapi yang perlu diingat bahwa tidak ada bukti sama sekali bahwa orang dewasa tak dapat mengatasi masalah usia ini, kecuali satu hal yaitu Logat, dan yang inipun nyaris bukan merupakan kriteria terpenting bagi efektivitas komunikasi antar personal. (Brown Douglas, 1980: h:84)

















DAFTAR PUSTAKA
Brown Douglas. H. 1980. Prinsip pembelajaran dan Pengajaran bahasa. New Jersey: Prentice Hall Inc.
Lusiana Evi. 2009. Buku Pelajaran Bahasa Jepang 1 さくら. Jakarta: The Japan Foundation- Direktorat Pembinaan SMA DITJEN Manajemen DIKDASMEN Kementrian Pendidikan Nasional RI







No comments:

Post a Comment